Hari Suci PURNAMA

Warga kota, merupakan suatu keberuntungan bagi umat Hindu mempunyai hari-hari suci dan tempat-tempat suci, hal ini menandakan bahwa potensi untuk memuja ke arah perbaikan karakter dan budi pekerti selalu ada. Demikian pula tempat-tempat suci mengandung energi vibrasi kebaikan, aura kedamaian dan ketenangan.

Purnama merupakan hari suci bagi umat Hindu. Kata Purnama berasal dari kata ‘purna’ yang berarti sempurna, sehingga secara keseluruhan berarti bulan penuh atau sempurna. Pemujaan ditujukan kepada manifestasi Tuhan sebagai Sanghyang Candra memohon kecemerlangan, ketenangan dan kebahagiaan.

Terkait dengan upakara pada hari suci ini, masing-masing daerah mempunyai tradisi yang berbeda-beda (sesuai desa, kala, patra), namun secara umum masing-masing rumah tangga biasanya menggunakan upakara: di Pelinggih Pokok (Padmasasri, Rong Tiga) dihaturkan  Pejati  (Daksina, Peras, Soda, Tipat Kelanan, Penyeneng, Pasucian, Canang Sari), di Pelinggih lainnya (Penunggu Karang, piyasan, dsb) dihaturkan Sode / Ajuman serta Canang  Sari, dan di sor dan lebuh dihaturkan Segehan Cacahan.

Umat Hindu di dalam melaksanakan ritual upacara identik dengan kesukacitaan, kegembiraan dan nuansa religius serta keindahan. Pada saat upacara yadnya berlangsung yang terlihat pada saat itu adalah rasa kebersamaan, kerukunan dan kedamaian. Bau wangi dupa, harumnya bunga-bungaan, dentingan bajra serta syahdunya lagu-lagu / kidung-kidung suci pemujaan membuat suasana hati tentram dan damai.

Hendaknya pada hari suci Purnama benar - benar dimanfaatkan untuk memupuk nilai-nilai keimanan dalam diri setiap orang, pengendalian diri dan budi pekerti. Purnama merupakan hari yang identik dengan kesucian, keharmonisan, kegembiraan. Bulatkan tekad dan niat untuk selalu berada di jalan yang lurus, percaya diri bahwa Sang Hyang Widhi Wasa akan senantiasa membimbing umat-Nya menuju ke alam yang Sunyata, alam yang tidak ada konflik, alam kebebasan, alam kebahagiaan Illahi. (dikutip dari berbagai sumber) ..kr..